BAB
I
PENDAHULUAN
1. 1. Pendahuluan
Manusia adalah
makhluk sosial yang hidup dalam masyarakat. Manusia menjadi manusia karena dia
tinggal dan hidup di dalam masyarakat. Sejak lahir sampai dengan kematiannya,
dia tidak pernah hidup "sendiri" tetapi selalu berada dalam suatu
lingkungan sosial yang berbeda-beda satu sama lainnya. Lingkungan sosial adalah
suatu bagian dari suatu lingkungan hidup yang terdiri atas antar hubungan
individu dan kelompok dan pola-pola organisasi serta segala aspek yang ada
dalam masyarakat yang lebih luas di mana lingkungan sosial tersebut merupa- kan
bagian daripadanya.
Lingkungan sosial
tersebut dapat terwujud sebagai kesatuan- kesatuan sosial atau
kelompok-kelompok sosial, tetapi dapat juga terwu- jud sebagai situasi-situasi
sosial yang merupakan sebagian dari dan be- rada dalam ruang lingkup suatu
kesatuan atau kelompok sosial. Kesatu- an-kesatuan sosial dan kelompok-kelompok
sosial tersebut masing- masing mempunyai aturan-aturan yang berbeda satu dengan
lainnya, di mana manusia yang terlibat atau berada di dalamnya harus mentaati
aturan-aturan tersebut dalam berbagai hubungan-hubungan sosial yang
dilakukannya menurut masing-masing kelompok dan kesatuan sosial.
Dalam setiap
masyarakat, jumlah kelompok dan kesatuan sosial itu bukan hanya satu, sehingga
seorang warga bisa termasuk dalam berbagai kelompok dan kesatuan sosial yang
ada di masyarakat. Di satu pihak dia termasuk dalam suatu kesatuan sosial yang
terorganisasi menurut aturan-aturan kekerabatan, seperti: keluarga, kelompok orang-
orang yang seketurunan, atau kelompok orang-orang yang digolongkan sebagai
sekerabat, dan sebagainya; dia juga bisa menjadi anggota atau warga organisasi
yang ada dalam wilayah tempat tinggalnya, seperti: RT, RW, Paguyuban Pemuda
Kampung atau desa, dan sebagainya; dia juga bisa menjadi anggota dari berbagai
perkumpulan dan organisasi di tempat kerjanya; ataupun menjadi anggota berbagai
perkumpulan yang dimasukinya karena dia merasa sebagai satu golongan dengan
perkum- pulan tersebut (yang terwujud berdasarkan atas persamaan umur, jenis
kelamin, perhatian ekonomi, perhatian dan ide politik, asal suku bangsa, dan
daerah yang sama, dan sebagainya), dan juga karena persamaan kesenangan atau
hobi dengan sejumlah orang lainnya.
1. 2. Latar
Belakang
Dalam kehidupan
hususnya bermasyarakat/sosial, untuk mencapai kehidupan yang makmur, damai, dan
sejahtera, maka kita perlu mengetahui dan mempelajari ilmu-ilmu sosial, dalam
hal ini yaitu struktur sosial. Struktur sosial adalah tatanan atau susunan
sosial yang membentuk kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat. Di dalamnya
ini terdapat fungsi, ciri – ciri, system, dan jenis – jenisnya yang tergolong
baik maupun tidak baik. Semua itu harus dipelajari agar kita memahami bagaimana
sebenarnya bantuk – bentuk masyarakat yang baik maupun yang tidak baik. Yang
baik kita teladani dan yang buruk kita tinggal dan hanya untuk dijadikan
pemahaman saja agar tidak terjerumus kedalamnya.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.
1. Masyarakat
Istilah atau kata masyarakat
sering muncul dalam berbagai media dan dipergunakan orang dengan berbagai
keperluan dan maksud serta makna. Coba kalau kita perhatikan media cetak atau
elektronik seperti acara televisi, maka akan ditemukan banyak sekali maksud dan
keperluan serta makna dari kata masyarakat yang dipergunakan oleh pelaku media.
Penggunaan kata
masyarakat seringkali tercampuradukkan dalam kehidupan sehari-hari. Disatu
waktu kata “masyarakat” dipergunakan sesuai dengan makna kata “masyarakat” itu
sendiri. Tetapi, terkadang kata masyarakat dipergunakan untuk makna yang bukan
sebenarnya, seperti kata “rakyat”. Bahkan makna masyarakat tersebut sering
dicampuradukan dengan istilah “komunitas”.
Kata masyarakat
dalam bahasa Inggrisnyasociety, sedangkan kata komunitas dalam bahasa
Inggrisnyacommunity. Dua istilah (konsep) tersebut sering ditafsirkan secara
sama, padahal sangat berbeda artinya. Society atau masyarakat berbeda dengan
komunitas (community) atau masyarakat setempat. Terdapat perbedaan mendasar
antara kedua konsep tersebut. Krech,
seperti yang dikutip Nursid (2000), mengemukakan bahwa masyarakat adalah “is that it is an organized
collectivity of interacting people whose
activities become centered arounds a set of common goals, and who tend to share common beliefs, attitudes, and modes
of action. Jadi ciri atau unsur
masyarakat adalah kumpulan orang; sudah terbentuk lama; sudah memiliki
sistem sosial atau struktur sosial tersendiri; dan memiliki kepercayaan, sikap,
dan perilaku yang dimiliki bersama.
Fairchild et al (dalam Nursid, 2000) memberikan batasan masyarakat sebagai: “a group human beings cooperating in
the pursuit of several of their major
interest, invariably including self maintenance and self-perpetuation. The
concept of society includes continuity, complex associational relationships,
and a composition including representatives of fundamental human types,
specifically men, women, and children”.
Berdasarkan
pengertian ini, maka yang menjadi unsur dari masyarakat adalah kelompok
manusia; adanya keterpaduan atau kesatuan diri berlandaskan kepentingan utama;
Adanya pertahanan dan kekekalan diri; adanya kesinam- bungan; dan adanya
hubungan yang pelik diantara anggotanya.
Sedangkan Horton (1993) sebagai “a relatively independents, self- perpetuating human group who accupy
territory, share a culture, and have most
of their associations within this group”. Adapun ciri-ciri masyarakat
adalah kelompok manusia; memiliki kebebasan
dan bersifat kekal; menempati suatu kawasan; memiliki kebudayan; dan memiliki
hubungan dalam kelompok yang bersangkutan.
Dengan demikian,
karakteristik dari masyarakat itu terutama terletak pada kelompok manusia yang
bebas dan bersifat kekal, menempati kawasan tertentu, memiliki kebudayaan serta
terjalin dalam suatu hubungan di antara anggota-anggotanya.
237 atau tidak memiliki sesuatu yang berharga
dalam pandangan masyarakat mempunyai kedudukan yang rendah. Diantara lapisan
atasan dan yang rendah itu, ada lapisan yang jumlahnya dapat ditentukan sendiri
oleh mereka yang hendak mempelajari sistem lapisan masyarakat. Biasanya
golongan yang berada dalam lapisan atasan tidak hanya memiliki satu macam saja
dari apa yang dihargai masyarakat, tetapi kedudukannya yang tinggi itu bersifat
kumulatif. Mereka yang memiliki uang banyak, akan mudah sekali mendapatkan
tanah, kekuasaan dan mungkin juga kehormatan, sedang mereka yang mempunyai
kekuasaan besar, mudah menjadi kaya dan mengusahakan ilmu pengetahuan.
Sistem lapisan
dalam masyarakat tersebut, dalam sosiologi di- kenal dengan social stratification.
Katastratification berasal dari stratum (jamaknya: strata yang berarti
lapisan). Sorokin menyatakan bahwa social stratification adalah pembedaan
penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas tinggi dan kelas yang lebih
rendah.
Bentuk-bentuk
lapisan masyarakat berbeda-beda dan banyak sekali. Lapisan-lapisan tersebut
tetap ada, sekalipun dalam masyarakat kapitalis, demokratis, komunistis, dan
lain sebagainya. Lapisan masyara- kat tadi, mulai ada sejak manusia mengenal
adanya kehidupan bersama di dalam suatu organisasi sosial. Misalnya pada
masyarakat-masyarakat yang bertaraf kebudayaan masih pada masyarakat-masyarakat
yang bersahaja. Lapisan masyarakat mula-mula didasarkan pada perbedaan seks,
perbedaan antara pemimpin dengan yang dipimpin, golongan buangan/budak,
pembagian kerja dan bahkan juga sesuatu pembedaan berdasarkan kekayaan. Semakin
rumit dan semakin maju perkembangan teknologi masyarakat, pembedaan dilakukan
berdasarkan kekayaan. Semakin rumit dan semakin maju teknologi sesuatu masyarakat,
semakin kompleks pula sistem lapisan masyarakat (Inkeles, 1965).
Pada
masyarakat-masyarakat kecil serta bersahaja, biasanya pembedaan kedudukan dan
peranan bersifat minim, karena warganya sedikit sekali dan orang-orang yang
dianggap tinggi kedudukannya juga tidak banyak baik macam maupun jumlahnya. Di
dalam masyarakat yang sudah kompleks pembedaan kedudukan dan peranan juga
bersifat kom- pleks karena banyaknya orang dan aneka warna ukuran yang dapat
diterapkan terhadapnya.
Lapisan masyarakat
tersebut tidak hanya dapat dijumpai pada masyarakat manusia, tetapi juga pada
kehidupan hewan dan tumbuh- tumbuhan. Ada golongan hewan merayap, menyusui dan
lain-lainnya. Bahkan di kalangan hewan menyusui, umpamanya kera, ada lapisan
pimpinan dan yang dipimpin, ada pula perbedaan pekerjaan yang dida- sarkan pada
pembedaan seks dan seterusnya. Demikian juga di kalang- an dunia
tumbuh-tumbuhan dikenal adanya tumbuh-tumbuhan parasitis, yang sanggup berdiri
sendiri dan lain sebagainya. Akan tetapi kajian ini dibatasi pada lapisan
masyarakat manusia. Bentuk-bentuk
kongkrit lapisan masyarakat tersebut banyak. Akan tetapi secara prinsipal bentuk-bentuk
tersebut dapat diklasifikasikan ke
238 dalam tiga macam prinsipil
bentuk-bentuk tersebut dapat diklasifikasikan ke dalam tiga macam kelas, yaitu
yang ekonomis, politis dan yang didasarkan pada jabatan-jabatan tertentu dalam
masyarakat. Umumnya, ketiga bentuk pokok tadi mempunyai hubungan yang erat satu
dengan lainnya, dimana terjadi saling mempengaruhi. Misalnya, mereka yang
termasuk kedalam suatu lapisan atas dasar ukuran politis, biasanya juga
merupakan orang-orang yang menduduki suatu lapisan tertentu atas dasar
ekonomis. Demikian pula mereka yang kaya, biasanya menempati jabatan-jabatan
yang senantiasa penting. Akan tetapi, tidak semua demikian, tergantung pada
sistem nilai yang berlaku serta berkembang dalam masyarakat bersangkutan.
Sistem lapisan
dalam proses pertumbuhan masyarakat terjadi dengan sendirinya, tetapi ada pula
yang dengan sengaja disusun untuk mengejar suatu tujuan bersama. Alasan
terbentuknya lapisan masyarakat yang terjadi dengan sendirinya adalah
kepandaian, tingkat umur (yang senior), sifat keaslian keanggotaan kerabat
seorang kepala masyarakat, dan mungkin juga harta dalam batas-batas tertentu. Alasan-alasan
yang dipakai berlainan bagi tiap-tiap masyarakat.
Pada masyarakat
yang hidupnya dari berburu hewan alasan utama adalah kepandaian berburu.
Sedangkan pada masyarakat yang telah menetap dan bercocok tanam, maka kerabat
pembuka tanah (yang dianggap asli) dianggap sebagai orang-orang yang menduduki
lapisan tinggi. Hal ini dapat dilihat misalnya pada masyarakat Batak, dimana
marga tanah, yaitu marga yang pertama-tama membuka tanah, dianggap mempunyai
kedudukan yang tinggi. Demikian pula golongan pembuka tanah di kalangan orang
jawa di desa, dianggap mempunyai kedudukan tinggi, karena mereka sebagai
pembuka tanah dan pendiri desa. Masya- rakat lain menganggap bahwa kerabat
kepala desalah yang mempunyai kedudukan tinggi dalam masyarakat, misalnya pada masyarakat
Ngaju di Kalimantan Selatan.
Secara teoritis,
semua manusia dapat dianggap sederajat, tetapi sesuai dengan kenyataan hidup
kelompok-kelompok sosial, tidaklah de- mikian. Pembedaan atas lapisan merupakan
gejala universal yang meru- pakan bagian sistem sosial masyarakat. Untuk
meneliti terjadinya proses lapisan masyarakat, dapat dikaji berdasarkan hal-hal
sebagai berikut.
1)
Sistem lapisan
berpokok pada sistem pertentangan dalam masyara- kat. Sistem demikian hanya
mempunyai arti khusus bagi masyara- kat tertentu yang menjadi obyek
penyelidikan.
2)
Sistem lapisan
dapat dianalisis dalam ruang lingkup unsur-unsur sebagai berikut:
a)
distribusi hak-hak
istimewa yang obyektif seperti misalnya penghasilan, kekayaan, keselamatan
(kesehatan, laju angka ke- jahatan), wewenang dan sebagainya.
b)
sistem pertanggaan
yang diciptakan pada warga masyarakat (prestise dan penghargaan) kriteria
sistem pertentangan, yaitu apakah didapat berdasarkan kualitas pribadi,
keanggotaan kelompok kerabat tertentu, milik, wewenang atau kekuasaan.
c)
lambang-lambang kedudukan, seperti tingkah
laku hidup, cara berpakaian, perumahan, keanggotaan pada suatu organisasi dan
selanjutnya.
d)
mudah atau sukarnya
bertukar kedudukan.
e)
solidaritas diantara individu atau kelompok
yang menduduki kedudukan yang sama dalam sistem sosial masyarakat; (1)
pola-interaksi (struktur klik, keanggotaan organisasi, perkawinan dan
sebagainya); (2) kesamaan atau ketidaksamaan sistem ke- percayaan, sikap dan
nilai-nilai; (3) kesadaran akan kedudukan masing-masing; (4) dan aktivitas
sebagai organ kolektif.
2. 1. 1.
Sifat-Sifat Lapisan Masyarakat
Sifat lapisan
didalam suatu masyarakat dapat bersifat tertutup (closed social stratification)
dan (open social stratification). Bersifat ter- tutup bilamana membatasi
kemungkinan pindahnya seseorang dari satu lapisan ke lapisan yang lain. Baik
yang merupakan gerak ke atas atau ke bawah. Di dalam sistem yang demikian,
satu-satunya jalan untuk menjadi anggota suatu lapisan dalam masyarakat adalah
kelahiran. Sebaliknya di dalam sistem terbuka, setiap anggota masyarakat
mempunyai kesempat- an untuk berusaha dengan kecakapan sendiri untuk naik
lapisan, atau bagi mereka yang tidak beruntung, untuk jatuh dari lapisan yang
atas ke lapisan di bawahnya. Pada umumnya sistem terbuka ini memberi perang-
sang yang lebih besar kepada setiap anggota masyarakat untuk dijadikan landasan
pembangunan masyarakat dari sistem yang tertutup. Sistem tertutup jelas
terlihat pada masyarakat India yang perkasa atau di dalam masyarakat yang
feodal, atau masyarakat di mana lapisannya tergantung pada perbedaan-perbedaan
rasial.
Sistem lapisan
masyarakat yang tertutup, dalam batas-batas ter- tentu, juga dijumpai pada
masyarakat Bali. Menurut kitab-kitab suci orang Bali, masyarakat terbagi dalam
empat lapisan, yaitu Brahmana, Ksatria, Waisya, dan Sudra. Ketiga lapisan
pertama biasa disebuttriwangsa sedangkan lapisan terakhir disebutjaba yang
merupakan lapisan dengan jumlah warga terbanyak. Keempat lapisan tersebut
terbagi lagi dalam lapisan-lapisan khusus. Biasanya orang-orang mengetahui dari
gelar se- seorang, ke dalam kasta mana dia tergolong, gelar-gelar tersebut
terbagi lagi dalam lapisan-lapisan khusus. Biasanya orang-orang mengetahui
gelar seseorang, ke dalam kasta mana dia tergolong, gelar-gelar tersebut diwariskan
menurut keturunan laki-laki yang sepihakpatrilineal adalah Ida Bagus, Tjokorda,
Dewa, Ngahan, Bagus, I Gusti, Gusti. Gelar pertama adalah gelar Brahmana, gelar
kedua sampai keempat bagi orang Ksatria, sedangkan yang kelima dan keenam
berlaku bagi orang Waisya. Orang Sudra juga memakai gelar seperti Pande, Kbon,
Pasek dan selanjutnya.
Dahulu kala gelar
tersebut berhubungan erat dengan pekerjaan orang-orang yang bersangkutan.
Walaupun gelar tersebut tidak memi- sahkan golongan-golongan secara ketat, tetapi
sangat penting bagi sopan santun pergaulan. Disamping itu hukum adat juga
menetapkan hak-hak bagi si pemakai gelar, misalnya, dalam memakai tanda-tanda,
perhiasan-perhiasan, pakaian tertentu dan lain-lain. Kehidupan sistem kasta di
Bali umumnya terlihat jelas dalam hubungan perkawinan. Seseorang gadis suatu
kasta tertentu, umumnya dilarang bersuamikan seseorang dari kasta yang lebih
rendah.
2.
1. 2. Kelas-Kelas dalam Masyarajat (Social Classes)
Di dalam uraian
tentang teori lapisan senantiasa dijumpai istilah kelas (social class). Seperti
yang sering terjadi dengan beberapa istilah lain dalam sosiologi, maka istilah
kelas, juga tidak selalu mempunyai arti yang sama. Walaupun pada hakikatnya
menunjukkan sistem kedudukan yang pokok dalam masyarakat. Penjumlahan
kelas-kelas dalam masyara- kat disebut class system (Freedman, 1952). Artinya,
semua orang dan keluarga yang sadar akan kedudukan mereka itu diketahui dan
diakui oleh masyarakat umum. Dengan demikian, maka pengertian kelas adalah
paralel dengan pengertian lapisan tanpa membedakan apakah dasar lapisan itu
faktor uang, tanah kekuasaan atau dasar lainnya.
Adapula yang
menggunakan istilah kelas hanya untuk lapisan berdasarkan atas unsur ekonomis.
Sedangkan lapisan yang berdasarkan atas kehormatan dinamakan kelompok kedudukan
(status group). Selan- jutnya dikatakan bahwa harus diadakan pembedaan yang
tegas antara kelas dan kelompok kedudukan.
Max Weber
mengadakan pembedaan antara dasar ekonomis dengan dasar kedudukan sosial akan
tetapi tetap mempergunakan istilah kelas bagi semua lapisan. Adanya kelas yang
bersifat ekonomis dibagi- nya lagi ke dalam sub-kelas yang bergerak dalam
bidang ekonomi berdasarkan kecakapannya. Di samping itu, Max Weber masih menye-
butkan adanya golongan yang mendapatkan kehormatan khusus dari masyarakat dan
dinamakanstand (dalam Soekanto, 1990).
Joseph Schumpeter
(dalam Horton, 1993) mengatakan bahwa terbentuknya kelas-kelas dalam masyarakat
adalah karena diperlukan untuk menyesuaikan masyarakat dengan
keperluan-keperluan yang nyata. Makna kelas dan gejala-gejala kemasyarakatan
lainnya hanya dapat dimengerti dengan benar apabila diketahui riwayat
terjadinya.
Pada beberapa
masyaakat di dunia, terdapat kelas-kelas yang tegas sekali. Karena orang-orang
dari kelas tersebut memperoleh sejum- lah hak dan kewajiban yang dilindungi
oleh hukum positif masyarakat yang bersangkutan. Warga masyarakat semacam itu
seringkali mem- punyai kesadaran dan konsepsi yang jelas tentang seluruh
susunan lapisan dalam masyarakat. Misalnya Inggris, ada istilah-istilah
tertentu seperticommoners bagi orang biasa sertanobility bagi bangsawan. Sebagian besar warga masyarakat Inggris
menyadari bahwa orang-orang nobility
berada di atas commoners (sesuai dengan adat istiadat).
Apabila pengertian
kelas ditinjau secara lebih mendalam, maka akan dapat dijumpai beberapa
kriteria yang tradisional, yaitu: (1) besar jumlah anggota-anggotanya; (2)
kebudayaan yang sama, yang menentu- kan hak-hak dan kewajiban-kewajiban
warganya; (3) kelanggengan; (4) tanda/lambang-lambang yang merupakan ciri khas;
(5) batas-batas yang tegas (bagi kelompok itu, terhadap kelompok lain); dan (6)
antagonisme.
Sehubungan dengan
kriteria tersebut di atas, kelas memberikan fasilitas-fasilitas hidup tertentu
(life chances) bagi anggotanya. Misalnya, keselamatan atas hidup dan harta
benda, kebebasan, standar hidup yang tinggi dan sebagainya, yang dalam
arti-arti tertentu tidak dipunyai oleh para warga kelas-kelas lainnya. Kecuali
itu, kelas juga mempengaruhi gaya dan tingkah laku hidup warganya (life style).
Karena kelas-kelas yang ada dalam masyarakat mempunyai perbedaan dalam
kesempatan memperoleh pendidikan atau rekreasi. Misalnya, ada perbedaan dalam
apa yang telah dipelajari warga negara, perilaku, dan sebagainya.
2.
1. 3. Dasar Lapisan Masyarakat
Ukuran atau
kriteria yang biasa dipakai untuk menggolong- golongkan anggota-anggota
masyarakat ke dalam suatu lapisan adalah sebagai berikut.
1)
Kekayaan;
Barangsiapa yang memiliki kekayaan paling banyak, termasuk dalam lapisan
teratas. Kekayaan tersebut, misalnya, dapat dilihat pada bentuk rumah yang
bersangkutan, mobil priba- dinya, cara-caranya mempergunakan pakaian serta
bahan pakai- an yang dipakainya, kebiasaan untuk berbelanja barang-barang mahal
dan seterusnya.
2)
Kekuasaan;
Barangsiapa yang memiliki kekuasaan atau yang mempunyai wewenang terbesar,
menempati lapisan atasan.
3)
Kehormatan; Ukuran
kehormatan tersebut mungkin terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan dan/atau
keuasaan. Orang yang paling disegani dan dihormati, mendapat tempat yang teratas.
Ukuran semcam ini, banyak dijumpai pada masyarakat tradisional, biasanya mereka
adalah golongan tua atau yang pernah berjasa.
4)
Penguasaan ilmu
pengetahuan; Ilmu pengetahuan sebagai ukur- an, dipakai oleh masyarakat yang
menghargai ilmu pengetahuan. Akan tetapi ukuran tersebut kadang-kadang
menyebabkan terjadi- nya akibat-akibat yang negatif. Karena ternyata bahwa
bukan mutu ilmu pengetahuan yang dijadikan ukuran, ternyata gelar
kesarjanaannya. Sudah tentu hal yang demikian memacu segala macam usaha untuk
mendapat gelar, walau tidak halal. Kriteria di atas tidaklah bersifat limiatif
(kaku, terbatas), karena masih ada
kriteria lain yang dapat digunakan. Akan tetapi kriteria di atas amat
menentukan sebagai dasar timbulnya sistem lapisan dalam masya- rakat. Pada
beberapa masyarakat tradisional di Indonesia, golongan pembuka tanahlah yang
dianggap menduduki lapisan tertinggi. Misalnya di Jawa, kerabat dan keturunan
pembuka tanahlah yang dinggap masya- rakat desa sebagai kelas tertinggi.
Kemudian menyusul para pemilik tanah yang dianggap masyarakat desa sebagai
kelas tertinggi. Kemudian menyusul para pemilik tanah, walaupun mereka bukan
keturunan pembuka tanah, mereka disebut pribumi, sikep atau kuli kenceng. Lalu
menyusul mereka yang hanya mempunyai pekarangan atau rumah saja (golongan ini
disebut kuli gundul, lindung), dan akhirnya mereka yang hanya menumpang saja
pada tanah milik orang lain (Soepomo, 1966).
2.
1. 4. Unsur-Unsur Lapisan Masyarakat
Unsur yang
melandasi sistem lapisan masyarakat adalah kedudukan (status) dan peranan
(role). Kedudukan dan peranan merupakan unsur-unsur baku dalam sistem lapisan,
dan mempunyai arti yang penting bagi sistem sosial. Sistem sosial adalah
pola-pola yang mengatur hubungan timbal balik antar individu dalam masyarakat dan
antara individu dengan masyarakatnya, dan tingkah laku individu-individu
tersebut (Linton, 1996). Dalam hubungan-hubungan timbal balik tersebut,
kedudukan dan peranan individu mempunyai arti yang penting. Karena langgengnya
masyarakat tergantung pada keseimbangan kepentingan- kepentingan individu
termaksud.
a.
Kedudukan (Status)
Pengertian
kedudukan (status) kadang dibedakan dengan kedu- dukan sosial (social status).
Kedudukan diartikan sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok
sosial. Kedudukan sosial artinya tempat seseorang secara umum dalam masyarakat
sehubungan dengan orang-orang lain, dalam arti lingkungan pergaulannya,
prestisenya dan hak-hak serta kewajiban-kewajibannya. Untuk lebih mudah
mendapatkan pengertian, kedua istilah tersebut di atas akan dipergunakan dalam
arti yang sama dan digambarkan dengan istilah kedudukan (status).
Secara abstrak,
kedudukan berarti tempat seseorang dalam suatu pola tertentu. Dengan demikian,
seseorang dikatakan mempunyai bebe- rapa kedudukan, oleh karena seseorang
biasanya ikut serta dalam berbagai pola kehidupan. Pengertian tersebut
menunjukkan tempatnya sehubungan dengan kerangka masyarakat secara menyeluruh.
Keduduk- an Tuan A sebagai warga masyarakat, merupakan kombinasi dari sege- nap
kedudukannya sebagai guru, kepala sekolah, ketua rukun tetangga, suami nyonya
B, ayah anak-anak dan seterusnya.
Apabila dipisahkan
dari individu yang memilikinya, kedudukan hanya merupakan kumpulan hak-hak dan
kewajiban. Karena hak dan kewajiban termaksud hanya dapat terlaksana melalui
perantaraan indivi- du, maka agak sukar untuk memisahkannya secara tegas dan
kaku.
2.
2 Struktur Sosial
2.
2. 1. Pengertian Struktur Sosial
Secara
harfiah, struktur bisa diartikan sebagai susunan atau bentuk. Struktur tidak harus
dalam bentuk fisik, ada pula struktur yang berkaitan dengan sosial. Menurut
ilmu sosiologi, struktur sosial adalah tatanan atau susunan sosial yang
membentuk kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat. Susunannya bisa vertikal
atau horizontal.
Para
ahli sosiologi merumuskan definisi struktur sosial sebagai berikut:
v
George C. Homans: struktur sosial merupakan hal yang memiliki hubungan erat
dengan perilaku sosial dasar dalam kehidupan sehari-hari.
v
William Kornblum: struktur sosial adalah susunan yang dapat terjadi karena
adanya pengulangan pola perilaku undividu.
v
Soerjono Soekanto: struktur sosial adalah hubungan timbal balik antara
posisi-posisi dan peranan-peranan sosial.
2. 2. 2. Ciri-ciri Struktur Sosial
1. Muncul pada kelompok masyarakat
Struktur
sosial hanya bisa muncul pada individu-individu yang memiliki status dan peran.
Status dan peranan masing-masing individu hanya bisa terbaca ketika mereka
berada dalam suatu sebuah kelompok atau masyarakat.
Pada
setiap sistem sosial terdapat macam-macam status dan peran indvidu. Status yang
berbeda-beda itu merupakan pencerminan hak dan kewajiban yang berbeda pula.
2. Berkaitan erat dengan kebudayaan
Kelompok
masyarakat lama kelamaan akan membentuk suatu kebudayaan. Setiap kebudayaan
memiliki struktur sosialnya sendiri. Indonesia mempunyai banyak daerah dengan
kebudayaan yang beraneka ragam. Hal ini menyebabkan beraneka ragam struktur
sosial yang tumbuh dan berkembang di Indonesia.
Hal-hal
yang memengaruhi struktur sosial masyarakat Indonesia adalah sbb:
a. Keadaan geografis
Kondisi
geografis terdiri dari pulau-pulau yang terpisah. Masyarakatnya kemudian
mengembangkan bahasa, perilaku, dan ikatan-ikatan kebudayaan yang berbeda satu
sama lain.
b. Mata pencaharian
Masyarakat
Indonesia memiliki mata pencaharian yang beragam, antara lain sebagai petani,
nelayan, ataupun sektor industri.
c. Pembangunan
Pembangunan
dapat memengaruhi struktur sosial masyarakat Indonesia. Misalnya pembangunan
yang tidak merata antra daerah dapat menciptakan kelompok masyarakat kaya dan
miskin.
3. Dapat berubah dan berkembang
Masyarakat
tidak statis karena terdiri dari kumpulan individu. Mereka bisa berubah dan
berkembang sesuai dengan tuntutan zaman. Karenanya, struktur yang dibentuk oleh
mereka pun bisa berubah sesuai dengan perkembangan zaman.
2. 2. 3. Fungsi Struktur Sosial
1. Fungsi Identitas
Struktur
sosial berfungsi sebagai penegas identitas yang dimiliki oleh sebuah kelompok.
Kelompok yang anggotanya memiliki kesamaan dalam latar belakang ras, sosial,
dan budaya akan mengembangkan struktur sosialnya sendiri sebagai pembeda dari
kelompok lainnya.
2. Fungsi Kontrol
Dalam
kehidupan bermasyarakat, selalu muncul kecenderungan dalam diri individu untuk
melanggar norma, nilai, atau peraturan lain yang berlaku dalam masyarakat. Bila
individu tadi mengingat peranan dan status yang dimilikinya dalam struktur
sosial, kemungkinan individu tersebut akan mengurungkan niatnya melanggar
aturan. Pelanggaran aturan akan berpotensi menibulkan konsekuensi yang pahit.
3. Fungsi Pembelajaran
Individu
belajar dari struktur sosial yang ada dalam masyarakatnya. Hal ini dimungkinkan
mengingat masyarakat merupakan salah satu tempat berinteraksi. Banyak hal yang
bisa dipelajari dari sebuah struktur sosial masyarakat, mulai dari sikap,
kebiasaan, kepercayaan dan kedisplinan.
2. 2. 4. Bentuk Struktur Sosial
Bentuk
struktur sosial terdiri dari stratifikasi sosial dan diferensiasi sosial.
Masing-masing punya ciri tersendiri.
1. Stratifikasi Sosial
Stratifikasi
berasal dari kata strata atau tingkatan. Stratifikasi sosial adalah struktur
dalam masyarakat yang membagi masyarakat ke dalam tingkatan-tingkatan.
Ukuran
yang dipakai bisa kekayaan, pendidikan, keturunan, atau kekuasaan. Max Weber
menyebutkan bahwa kekuasaan, hak istimewa dan prestiselah yang menjadi dasar
terciptanya stratifikasi sosial.
Adanya
perbedaan dalam jumlah harta, jenjang pendidikan, asal-usul keturunan, dan
kekuasaan membuat manusia dapat disusun secara bertingkat. Ada yang berada di
atas, ada pula yang menempati posisi terbawah.
Berdasarkan
sifatnya, stratifikasi sosial dapat dibagi menjadi 2:
a)
Stratifikasi Sosial
Tertutup
Adalah
stratifikasi sosial yang tidak memungkinkan terjadinya perpindahan posisi
(mobilitas sosial). Dalam system ini cendrung membatasi kemungkinan pindahnya
seseorang dari satu lapisan yang lain, baik merupakan gerak keatas atau
kebawah. Didalam sistem demikian itu, satu- satunya jalan untuk masuk menjadi
anggota dari ssuatu lapisan dalam masyarakat adalah karena kelahiran.
b)
Stratifikasi Sosial
terbuka
Adalah
stratifikasi yang mengizinkan adanya mobilitas, baik naik ataupun turun.
Biasanya stratifikasi ini tumbuh pada masyarakat modern. Dalam system ini
setiap anggota masyarakatnya lebih cendrung mempunyai kesempatan untuk berusaha
dangan kecakapan sendiri untuk naek kelapisan. Pada umumnya lapisan ini
memberikan rangsangan yang lebih besar kepada anggota masyarakat untuk
dijadiakn sebagai landasan pembangunan dari pasa yang tertutup.
Disamping
itu menurut para ahli Sosiologi system ini dapat dibagi menjadi enam lapisan
kelas yaitu kelas
atas atas ( upper-upper ), atas bawah ( lower upper ), menengah atas ( upper
middle ), menengah bawah ( lower middle ), bawah atas ( upper lower ), dan
bawah-bawah ( lower-lower).
Dalam
hal ini dapat kita cari juga unsur-unsur yang terdapat dalam lapisan masyarakat
tersebut. Dimana unsur-unsurnya itu adalah kedudukan ( status ) dan peranan (
role ) yang merupakan unsur-unsur baku dalam system berlapis-lapis. Hubungan
antara kedudukan dan individu itu sangat penting karena langgengnya suatu
masyarakat tergantung dari hubungan tersebut. Untuk lebih jelasnya adalah
sebagai berikut :
- Kedudukan ( status )
Dalam kedudukan
dapat dibagi menjadi dua pengertian yang pertama berdasarkan status dan yang
kedua berdasarkan social,yang akan dijelaskan seperti dibawah ini
- Ascribed status
Adalah kedudukan
seseorang dalam masyarakat tanpa memperhatikan perbedaan-perbedaan rohaniah dan
kemampuan, kedudukan tersebut diperoleh karena kelahiran, misalnya kedudukan
anak seorang bangsawan adalah bangsawan pula. Pada umumnya ascribed status di
jumpai pada masyarakat- masyarakat dengan sistem berlapis-lapisan yang
tertutup.
- Achived Status
Adalah kedudukan
yang dcapai oleh seseorang dengan usaha-usaha yang disengaja. Kedudukan ini
tidak diperoleh atas dasar kelahiran, akan tetapi bersifat terbuka bagi siapa
tergantung dari kemampuannya masing-masing dalam mengejar serta mencapai
tujuan-tujuanya.
2.
Peranan (Role)
Pembedaan antara
kedudukan dari peranan adalah untuk kepentingan ilmu pengetahuan; keduanya tak
dapat di pisah-pisahkan, oleh karena yang satu tergantung pada yang lain dan
sebaliknya oleh karena yang satu tergantung pada yang lain dan sebaliknya juga
demikian; tak ada peranan tanpa kedudukan atau kedudukan tanp peranan.
Sebagaimana halnya dengan kedudukan, suatu peranan mencakup paling sedikit tiga
hal, yaitu
- peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat, peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyrakatan.
- Peranan adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi..
- Peranan juga dapat di katakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat
2. 2. 4. 1. Stratifikasi Sosial Campuran
Hal ini bisa
terjadi bila stratifikasi sosial terbuka bertemu dengan stratifikasi sosial
tertutup. Anggotanya kemudian menjadi anggota dua stratifikasi sekaligus. Ia
harus menyesuaikan diri terhadap dua stratifikasi yang ia anut.
Menurut dasar ukurannya, stratifikasi sosial
dibagi menjadi:
a. Dasar ekonomi
Berdasarkan status ekonomi yang dimilikinya,
masyarakat dibagi menjadi:
1) Golongan Atas
Termasuk golongan ini adalah orang-orang kaya,
pengusaha, penguasan atau orang yang memiliki penghasilan besar.
2) Golongan Menengah
Terdiri dari pegawai kantor, petani pemilik
lahan dan pedagang.;
3) Golongan Bawah
Terdiri dari buruh tani dan budak.
b. Dasar pendidikan
Orang yang berpendidikan rendah menempati posisi
terendah, berturut-turut hingga orang yang memiliki pendidikan tinggi.
c. Dasar kekuasaan
Stratifikasi jenis ini berhubungan erat dengan
wewenang atau kekuasaan yang dimiliki oleh seseorang. Semakin besar wewenang
atau kekuasaan seseorang, semakin tinggi strata sosialnya. Penggolongan yang
paling jelas tentang stratifikasi sosial berdasarkan kekuasaan terlihat dalam
dunia politik.
Dampak adanya stratifikasi sosial:
1)
Dampak Positif
Orang yang berada pada lapisan terbawah akan
termotivasi dan terpacu semangatnya untuk bisa meningkatkan kualitas dirinya,
kemudian mengadakan mobilitas sosial ke tingkatan yang lebih tinggi.
2)
Dampak Negatif
Dapat menimbulkan kesenjangan sosial
2. 2. 4. 2. Diferensiasi Sosial
Menurut Soerjono Soekanto, diferensiasi sosial
adalah penggolongan masyarakat atas perbedaan-perbedaan tertentu yang biasanya
sama atau sejajar. Jenis diferensiasi antara lain:
a. Diferensiasi ras
Ras adalah su8atu kelompok manusia dengan
ciri-ciri fisik bawaan yang sama. Secara umum, manusia dapat dibagi menjadi 3
kelompok ras, yaitu Ras Mongoloid, Negroid, dan Kaukasoid. Orang Indonesia
termasuk dalam ras Mongoloid.
b. Diferensiasi suku bangsa
Suku bangsa adalah kategori yang lebih kecil
dari ras. Indonesia termasuk negara dengan aneka ragam suku bangsa yang
tersebar dari Pulau Sumatera hingga papua.
c. Diferensiasi klen
Klen merupakan kesatuan keturunan, kepercayaan,
dan tradisi. Dalam masyarakat Indonesia terdapat 2 bentuk klen utama, yaitu:
a) Klen atas dasar garis keturunan ibu (matrilineal)
Contohnya yang
terdapat pada masyarakat Minangkabau.
b) Klen atas dasar garis keturunan ayah (patrilineal)
Contohnya yang
terdapat pada masyarakat Batak.
d. Diferensiasi agama
Di Indonesia kita mengenal agama Islam, Kristen,
Katolik, Hindu, Buddha, Konghuchu, dan kepercayaan lainnya.
e. Diferensiasi
profesi
Masyarakat biasanya dikelompokkan atas dasar
jenis pekerjaannya.
f. Diferensiasi jenis
kelamin
Berdasarkan jenis kelamin, masyarakat dibagi
atas laki-laki dan perempuan yang memiliki derajat yang sama.
2. 3. Mobilitas Sosial
2. 3. 1. Pengertian mobilitas sosial
Gerakan
Sosial ( Mobilitas Sosial ) adalah perubahan, pegeseran, peningkatkan ataupun
penurunan status dan perana anggotanya. Misalnya seorang pensiunan pegawai
rendah salah satu departemen berahli pekerjaan menjadi seorang pengusaha dan
berhasil dengan gemilang, sehingga banyak sekali para ahli sosiologi yang
mengemukakan pengertian dari mobilitas social yang dapat dijabarkan
sebagai berikut
1. Paul B. Horton
Mobilitas
Sosial adalah suatu gerakan perpindahan dari suatu kelas social kekelas social
lainya atau gerakan pindah dari strata yang satu ke strata yang lainnya.
2. Kimball Young dan
Raymond W. Mack
Mobilitas
Sosial adalah suatu gerakan dalam struktur social yaitu pola-pola tetentu yang
mengatur organisasi suatu kelompok social dimana struktur social mencakup sifat
hubungan antara individu dalam kelompok dan hubungan anatara individu dengan
kelompoknya.
Dalam
kenyataannya mobilitas social sering terjadi pada masyarakat terbuka sehingga
sangat memudahkan dalam berpindah sastra dibandingkan dengan masyarakat
tertutup yang sangat sulit untuk berpindah sastra.
Disamping
itu ada pula cara untuk melakukan mobilitas sosia yaitu dengan cara sebagai
berikut :
- Perubahan standar hidup
Dalam
cara ini membahas tentang naiknya penghasilan tidak akan menaikan status
melainkan mereflesikan suatu standat hidup yang lebih tinggi sehingga dapat
mempengaruhi peningkatan status.
- Perkawinan
Dalam
cara ini membahas tentang meningkatkan status social yang lebih tinggi dengan
melakukan suatu perkawinan.
- Perubahan tempat tinggal
Dalam
cara ini membahas tentang naiknya status social dengan berpindah tempat tinggal
ketempat yang baru dan lebih layak atau merekontruksi tempat tinggal
menjadi lebih megah, indah dan mewah.
- Perubahan tingkah laku
Dalam
cara ini naiknya status social dengan menaikan dan mempraktekan bentuk-bentuk
tingkah laku kelas yang lebih tinggi mau itu ucapan, pakaian, minat dan
sebagainya.
- Perubahan nama
Dalam
cara ini naiknya status social dengan mengubah nama yang menunjukan posisi
social yang lebih tinggi.
Dalam
melakuakn semua cara-cara tersebut adakalanya seseorang sering mengalami suatu
hambatan-hambatan diantaranya itu seperti perbedaan kelas rasial, agama,
deskriminasi kelas, kemiskinan dan perbedaan jenis kelamin. Dimana
Mobilitas social itu sendiri di bagi oleh beberapa bentuk diantaranya adalah
sebagai berikut :
- Mobilitas social vertical
Adalaha
suatu perpindahan individu atau objek-objek social dari suatu kedudukan social
lainnya yang tidak sederajat. Dimana mobilitas tersebut dapay dibagi menjadi
dua bagian yaitu sebagai berikut
- Mobilitas vertical ke atas ( social climbing )
Dalam
mobilitas ini mempunyai bentuk-bentuk utama yaitu dalam bentuk masuk kedalam
kedudukan yang lebih tinggi dan dalam bentuk kelompok baru.
- Mobilitas vertiakl keatas ( Sosial sinking )
Dalam
mobilitas ini mempunyai bentuk-bentuk utama yaitu dalam bentuk turunnya
kedudukan dan dalam bentuk turunnya derajat kelompok..
- Mobilitas antargenerasi
Adalah
mobilitas yang mempunyai dua generasi atau lebih, dimana dalam generasi ini ada
ayah-ibu, anak dan cucu yang ditandai dengan perkembangan taraf hidup, baik
naik atau turun dalam suatu generasi sampai pada perpindahan status social
suatu generasi kegenerasi lain.
- Mobilitas intragenerasi
Adalah
mobilitas yang terjadi di dalam satu kelompok generasi yang sama.
2. 3. 2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mobilitas Social
Faktor-faktor
yang mempengaruhi mobilitas social adalah sebagai berikut :
- Perubahan kondisi social
- Ekspansi territorial dan gerak populasi
- Komunikasi yang bebas
- Pembagian kerja
- Tingkat Fertilitas ( kelahiran ) yang berbeda
2. 3. 3. Saluran – Saluran Mobilitas Sosial
Saluran
mobilitas ini dapat berupa angkat bersenjata yang merupak suatu organisasi yang
digunakan untuk saluran mobilitas vertikal keatas melalui tahapan yang disebut
kenaikan pangkat. Saluaran ini bukan hanya angkatan bersenjata saja tetapi ada
juga saluran-saluran mobilitas yang lainnya yaitu adalah sebagai berikut :
- Lembaga-lembaga keagamaan
- Lembaga pendidikan
Merupakan
saluran yang konkret dari mobilitas vertical keatas bahkan dianggap sebagai
social elevator yang bergerak dari kedudukan rendah kedudukan yang tinggi
- Organisasi politik.
- Organisasi ekonomi
- Organisasi keahlian
- Perkawinan
2. 3. 4. Dampak Mobilitas Sosial
Dalam
mobilitas social mengalami beberapa dampak – dampak, ada yang berdampak
negative ada juga yang berdampak positif yang akan diterngkan dibawah ini :
- Dampak Negativ
- Konflik antar kelas.
- Konflik antar kelompok social
- Konflik antar generasi
- Penyesusaian kembali
- Dampak Positif
- Orang-orang akan berusaha untuk berprestasi
- Mempercepat tingkat perubahan sosial masyarakat
2. 4. Pranata sosial
Pranata sosial adalah sistem norma khusus yang menjadi wahana atau menata
suatu rangakaian tindakan yang memungkinkan warga masyarakat untuk berinteraksi
menurut pola-pola resmi.
2. 4.
1. Ciri umum pranata social
Gillin dan
Gillin (dalam Soekanto, 1990) menguraikan ciri-ciri umum pranata/lembaga sosial
sebagai berikut:
1. Suatu
pranata/lembaga sosial adalah suatu organisasi dariada pola-pola pemikiran dan pola-pola perikelakuan yang
terwujud melalui aktivitasaktivitas kemasyarakatan dan hasil-hasilnya.
2. Suatu
tingkat kekekalan tertentu merupakan ciri dari semua pranata/lembaga sosial
3.
Pranata/lembaga sosial mempunyai satu atau beberapa tujuan tertentu
4.
Pranata/lembaga sosial mempunyai alat-alat perlengkapan yang dipergunakan untuk mencapai tujuan
pranata/lembaga yang bersangkutan
5.
Lambang-lambang biasanya juga merupakan ciri khas dari pranata/lembaga sosial
6. Suatu
pranata/lembaga sosial mempunyai suatu tradisi yang tertulis dan yang tak
tertulis yang dirumuskan tujuannya, tata tertib yang berlaku.
2. 4. 2. Tipe- tipe struktur social
1. Dari sudut perkembangan pranata sosial, meliputi
(1) crescive institutions
merupakan pranata yang secara tak disengaja tumbuh dari adat istiadat masyarakat.
2. Dari sudut
sistem nilai-nilai yang diterima masyarakat, meliputi basic institutions
yakni pranata sosial yang sangat penting untuk memelihara dan mempertahankan tata tertib
dalam masyarakat
3. Dari sudut
penerimaan masyarakat, meliputi approved atau social sanctioned institutions
yakni pranata yang diterima masyarakat.
4. Dari sudut
faktor penyebaran, meliputi general institutions yakni pranata yang
dikenal hampir semua masyarakat di dunia.
5. Dari sudut
fungsinya, meliputi operative institutions yakni pranata sosial yang
berfungsi sebagai penghimpun pola-pola atau cara-cara yang diperlukan untuk
mencapai tujuan pranata sosial yang bersangkutan.
2. 4. 3. Pengelompokkan pranata social
1.
Kinship atau domestic institutions
2.
Economic institutions
3.
Educational institutions
4.
Scientific institutions
5. Aesthetic and recreational institutions
6.
Religious institutions
7.
Political institutions
8.
Somatic institutions
2. 4. 4. Proses pembentukkan pranata sosial
1. Proses sosialisasi
2.
Proses institutonalization
3.
Norma-norma yang internalized
2. 4. 5. Fungsi pranata sosial
Ø
Fungsi manifes merupakan tujuan pranata yang dikehendaki atau diakui,
keluarga harus memelihara anak, pranata ekonomi harus menghasilkan dan
mendistribusikan kebutuhan pokok dan mengarahkan arus modal ke tempat yang
membutuhkan, sekolah harus mendidik siswa.
Ø
Fungsi laten merupakan hasil yang tidak dikehendaki dan tidak diakui atau
jika diakui dianggap sebagai hasil sampingan, pranata ekonomi tidak hanya
memproduksi dan mendistribusikan kebutuhan pokok, namun sering kali menimbulkan
pengangguran dan perbedaan tajam akan kekayaan, pranata pendidikan tidak hanya
mendidik siswa, melindungianak-anak orang kaya dari persaingan dengan anak-anak
orang miskin, dan sebagainya.
2. 5. Perubahan Sosial
2. 5.
1. Pengertian Perubahan Sosial
Perubahan social dikalangan masyarakat sudah tidak asing
asing lagi karena perubahan yang manusia itu lakukan semata-mata hanya untuk
mancapai suatu kemajuan atau malah mengalami kemunduran. Dimana perubahan
tersebut didukung oleh unsur-unsur niali-nilai social, pola prilaku, organisasi
social, lembaga-lembaga kemasyarakatan, startifikasi social, kekuasaan,
tanggung jawab kepemimpinan dan sebagainya. Menurut para ahli perubahan social
dibagi menjadi beberapa definisi diantaranya adalah sebagai berikut
- Selo Sumardjan
Perubahan Sosial adalah merupakn perubahan-perubahan
lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam susatu masyarakat yang mempengaruhi system
sosialnya, termasuk nilai, sikap-sikap social, dan pola pelaku diantra
kelompok-kelompok dalam masyarakat.
- Mac Iver
Perubahan social adalah perubahan-perubahan yang terjadi
dalam hubungan ( social relation ) atau perubahan terhadap keseimbangan
hubungan social.
- Gillin
Perubahan social adalah perubahan yang terjadi sebagai suatu
variasi dari cara hidup yang telah diterima karena adanya perubahan kondisi
geografis, kebudayaan material, komposis penduduk, ediologi, maupun adanya
difisu atau penemuan-penemuan baru dalam masyarakakat.
- Kinsley David
Perubahan Sosial adalah merupakn perubahan-perubahan yang
terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat.
- William F. Ogburn
Perubahan social adalah perubahan yang mencangkup
unsure-unsur kebudayaan baik material maupun immaterial yang menekankan adanya
pengaruh besar dari unsure-unsur kebudayaan material terhadap unsure-unsur
immaterial.
Sehingga dapat disimpulkan perubahan social itu adalah
perubahan yang berkenaan dengan kehidupan masyarakat yang termasuk perubahan
system nilai dan norma social, system pelapisan social,struktur social..
- System Startifikasi Saat ini
Pada saat ini system startifikasi yang beredar dimasyarakat
mengenai ketergantungan pada kemampuaanya sehingga masyarakat menekankan bahwa
di setiap masyarakat itu berusaha untuk mengurangi ketidaksamaan antar
masyarakat lain dengan jalan membatasi perbedaan antar individu.
2. 5. 2. Faktor- factor yang
mempengaruhi perubahan social
(1) tekanan kerja dalam masyarakat
(2) keefektifan komunikasi
(3) perubahan lingkungan alam.
BAB III
PENUTUP
3.
1. Kesimpulan
Struktur
sosial merupakan susunan sosial yang membentuk kelompok-kelompok sosial dalam
masyarakat. Jadi, Struktur sosial itu merupakan suatu susunan dalam masyarakat
berdasarkan pola fikir masyarakatnya masing – masing. Orang – orang yang
memiliki kesamaan pola fikir itu akan membentuk suatu kelompok dimana hanya
orang – orang yang memiliki pola fikir yang sama.
3.
2. Kritik dan Saran
Waktu pengerjaan tugas IPS kurang
lama. Menurut kami seharusnya penugasan IPS ini diberi waktu lama agar hasilnya
pun maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar